May 04, 2008

TA ku sayang,TA ku malang...

Benar kata orang, "mati satu, tumbuh seribu", "patah satu, hilang berganti".

Itu juga yang kejadian sekarang, jangan parno dulu, ini tentang Final Project saya, entah saya harus bangga atau nelangsa.

Bangga sih lumayan, dibangga-banggain tepatnya. Orang seperti saya begini yang mulai nyeprot lahir jadi mahasiswa semester 1 sudah sinis berlebihan sama diktat-diktat kuliah, mengacuhkan UTS, meremehkan UAS, berlanjut hingga semester 2,3,4,...,10 dan wow! ternyata bisa sampai juga di anak tangga (menjelang) kelulusan.

Gimana tidak bangga? teman-teman satu angkatan pun juga berekspresi hiperbola begitu mendengar pencapaian mutakhir saya. 'Wah.., Putri sudah mulai TA ya? wah,sukses ya!' (sambil mendelik-delik, sumringah). Sesungguhnya saya juga tidak paham benar apa mereka memang ingin mendoakan atau malah lebih bermaksud bilang kalau : 'Ya ampyun..., baru TA? kemane aje Bu?'.

Ya,
sepertinya kebanggaan mahasiswa tingkat akhir ada pada kemampuan dia mencapai dan mengerjakan Tugas Akhir dan saya sama sekali tak bisa mengelak mind set itu. Sehingga yang terjadi adalah celoteh diri sambil menyumpah-serapah dalam hati : 'Ini lho, saya bisa!'

Nelangsa, iya juga. Mengerjakan seonggok Tugas Akhir ternyata tak lebih mudah daripada membuat proposal kegiatan Buka Puasa Bersama atau Olimpiade Matematika sedunia. Dicerewetin sama banyak orang, mengejar dosen untuk minta tanda tangan, mulai jadi fans baru ruang baca jurusan, sampai berpanas-panas di jalan demi melengkapi data (yang banyak gagalnya daripada suksesnya), semua 'keributan' itu terbendahara menjadi agenda harian yang sering memprovokasi jiwa untuk tak lagi kenal dengan malaikat kesabaran. Tidak ada yg lebih pantas diperjuangkan selain Tugas Akhir, saya sudah seperti tentara kamikaze di Jepang, tak gentar cobaan apapun. Yosh! (Oh, maaf kalau jadi sedikit berlebihan).

Begitulah, tempo hari saya baru saja lolos seminar proposal. Saya katakan lolos karena rasanya memang belum layak untuk dibilang lulus, bagaimana tidak saudaraku, dosen yang hadir cuma 3 buah?! pertanyaan hanya 2 butir. Sungguh anugrah terindah. Tapi ternyata leganya cuma sebentar saja , sekarang ganti dipusingkan dengan pertanyaan bagaimana cara memenuhi bab 1 sampai bab 5, bagaimana cara menghadapi seminar TA lalu akhirnya sidang TA. Baiklah, mari menjadi kamikaze lagi!

Mamah kayaknya perlu lebih rajin berpuasa nih. Siapa tau dengan begitu anaknya ini akan dijatuhi wangsit, lalu tangannya bisa jalan mengetik sendiri, tanpa perlu berpikir terlalu ngoyo, hwehehehe!!!

Mah, berpuasalah, demi aku, anakmu.

Akhirnya, untuk semua yang sedang berada di tempat seperti saya, selamat berjuang kawan! semoga pintu kemenangan bisa segera kita temukan!
*Lagi, berlebihan*

Eh, trus apa hubungannya dengan pribahasa di awal tadi ya? bingung.

No comments:

Post a Comment