July 29, 2011

Pannenkoek

Menikah adalah belajar. Belajar apapun, termasuk mempelajari hal yang sebelumnya belum pernah, belum sempat, atau bahkan sama sekali enggan kita pelajari.

Termasuk pula, belajar memasak. 

Bagi saya, memasak adalah kompor, memasak adalah pasar, memasak adalah para bumbu rempah yang membingungkan, memasak adalah ketajaman ingatan, memasak adalah kepekaan lidah dan penciuman, memasak adalah percikan minyak goreng, memasak adalah kepuasan. Bahkan mungkin, memasak adalah kolaborasi simbol kecerdasan, keterampilan, dan pengabdian seorang wanita.

Dibesarkan oleh Mama yang cukup pandai memasak, selama ini yang terekam di otak saya justru hanya sebatas daftar beberapa resep masakan ringan sederhana. Sudah ringan, sederhana pula. Sungguh memalukan. Mungkin letak kesalahannya adalah, saya hanya rajin menyaksikan Mama memasak dan kalaupun sedang bersemangat, saya cukup memperhatikan apa-apa saja yang ia racik di dalam masakannya.

Saya belum pernah melakukannya dengan tangan saya sendiri. Maka semua ingatan terasa percuma.

Sekarang, ketika saya tidak lagi hanya menjadi anak dari seorang Mama, melainkan juga telah menjelma menjadi seorang istri yang tentunya tidak pernah bercita-cita membuat suami kelaparan atau anggaran rumah tangga terus membengkak untuk membeli makanan matang di luar, maka belajarlah saya memasak.

Tidak ada catat-mencatat, tidak ada pula acara membuka-buka buku resep masakan. Karena bagi saya, bagian itu akan membuat proses belajar menjadi lebih lama dan menciutkan nyali. Saya cukup mendengarkan Mama atau Ibu mertua saya menyebutkan satu-persatu komposisi masakan yang saya tanyakan, lalu jika saya sedang tidak malas, esok harinya, mulailah saya mencobanya. Sederhana, bukan?

Nah, tempo waktu, dengan percaya diri yang meluap-luap, saya mencoba resep kue ringan ini. Dulu, saya hanya kebagian mencetak adonannya di pan/wajan kecil anti lengket, tanpa tahu racikan detailnya. Ini kue favorit saya, pancake (Amerika) atau pannenkoek (Belanda) atau panekuk (Indonesia), kue dadar yang biasanya diisi olesan selai nanas oleh Mama, sekarang sukses saya sajikan untuk suami dan Ibu mertua. Yay!

Silakan dicermati resep berikut, tapi tolong jangan salahkan saya kalau nanti terjadi sesuatu dengan kue kalian. Ah, kita kan masih sama-sama belajar.

Bahan Kulit/Dadar :
  • 1/4 tepung terigu
  • 1 butir telur ayam
  • 1 sendok makan susu bubuk
  • 1/2 sendok makan gula pasir
  • 1/4 sendok makan garam
  • 2 sendok makan mentega, dicairkan, didinginkan
  • Air, secukupnya
  • Selai buah/krim coklat/semacamnya

Metode :
  1. Semua bahan (kecuali mentega) dicampur di satu wadah, diaduk hingga tidak ada tepung yang menggumpal. Jangan terlalu kental, jangan pula terlalu cair. Silakan diestimasi sendiri, sehingga nantinya jika adonan itu dicetak/didadar di pan, ia mampu dengan mudah didistribusikan menjadi bentuk bulatan/lingkaran/cakram sempurna, memenuhi bidang pan. Mentega cair yang telah didinginkan dicampur ke dalam adonan, aduk rata. 
  2. Setelah adonan tercampur sempurna, mulailah mencetak adonan di atas pan/wajan kecil anti lengket.  Gunakan sendok sayur (irus) setiap kali mencetak, tuangkan adonan ke atas pan, lalu segeralah distribusikan adonan itu dengan cara memutar pan perlahan, hingga adonan memenuhi bidang lingkaran. Ulangi membaca instruksi ini, jika merasa kebingungan yang mendalam, lalu pejamkan mata sejenak.
  3. Lakukan proses di langkah 2, hingga adonan habis.
  4. Olesi bagian dalam (maksudnya : bagian atas ketika masih berada di pan) setiap kulit dadar dengan selai pilihan anda, satu-persatu. Kuantitas olesan diserahkan sepenuhnya pada penyaji.
  5. Lipat kulit dadar yang telah terolesi selai/semacamnya, menjadi bentuk akhir seperempat lingkaran, susun di piring saji serapi mungkin.
  6. Pancake/pannenkoek/panekuk siap dinikmati.
Pannenkoek/Pancake/Panekuk

Rahasia :
Demi mempermudah proses pencampuran adonan kulit dadar, libatkan saringan (alat saring, biasanya untuk menyaring santan) dengan ukuran sedang untuk menyaring seluruh campuran adonan cair. Sehingga kita tidak perlu lagi berlama-lama memastikan tak ada lagi gumpalan disitu. cukup campur, aduk, lalu saring. Luar biasa!

Jika adonan terlalu kental, maka ia akan terasa lebih tebal dan kurang matang pada proses pencetakan. Sebaliknya jika adonan terlalu cair, ia akan menjadi lebih tipis dan rentan sobek. Jadi, dosis air sangat menentukan. Waspadalah!

Semoga bermanfaat, menyenangkan, dan layak dicoba. Have a great cooking time, people!

regards,

3 comments:

  1. ' kue yg paling lezat sedunia ' , maturnuwun ya umi sudah dibuatkan. kapan2 dibikinin lagi yah..:)

    ReplyDelete
  2. as you wish, dearest Abi... :)

    ReplyDelete
  3. wuiii,,,soo sweeettt. deuh kalian romatis bgt yah ternyata. what a wonderful life putri,,,

    ReplyDelete