May 07, 2008

Si Chondro

Chondromilessa Patella (CP), kira-kira begitu namanya-sorry kalau misalkan salah nulis, dengernya sih gitu-. Nama itu juga yang diucap dokter waktu saya nekat meriksain kaki yg nyeri-nyeri geli selama 2 minggu lebih.

Serem juga pertama kali dengar vonis dokter. Ampun, kirain macam penyakit apa gitu, sudah terbayang akan melakoni adegan dramatis di sinetron-sinetron jaman dulu dimana pemeran utama -biasanya cantik seperti saya- begitu terpukul ketika dokter menggeleng pelan lalu berkata : 'Waktu kamu sudah tidak lama, rajinlah berdoa'. Seketika itu pula si pemeran utama menutup mukanya dengan bantal, bunuh diri di hadapan si Dokter. Bingung, khawatir dituduh sebagai pembunuh pasien cantik, dokter pun serta-merta ikut bunuh diri, menelan bulat-bulat stetoskopnya lalu gantung diri dengan selang infus.

Oke, jujur saya sangat berharap si CP ini bukan benar-benar nama penyakit. Siapa tau sebenarnya ia adalah nama dokter muda, sedang dipromosikan untuk diicarikan pendamping? who knows kan. Mungkin ia juga dokter muda peranakan Yunani-Madura jadi punya nama unik begitu. Hhmm, sepertinya tampan. Saya bersiap menerima kabar gembira.

Tapi impian seringkali berlebihan. Kenyataan kerap menyedihkan. Si Chondro adalah valid merupakan nama penyakit tulang/persendian. Artinya, saya batal dapat jodoh dokter muda blasteran dua negara. Jadi ceritanya, there's something wrong with my left knee. Tulang rawan antara tempurung dan tulang paha atas aus. Ouch! Apa pula itu Dok?

Yap! aus saudara-saudara. Dia (red : tulang rawan) mencair atau membubur. Serem. Karena sudah mencair, gak ada lagi jaringan perantara atau bantalan yang melindungi gesekan antar tulang keras. I see, keausan itu kayaknya yang mendatangkan rasa nyeri lumayan hebat setiap kali saya menekuk lutut. Gak enak sekali rasanya.

Vonis CP menjadikan hari-hari saya berikutnya wajib bersanding dengan deker lutut, tanpa boleh lepas, kecuali mandi (ya iya lah!). Dilarang memperagakan gerakan menekuk lutut berlebihan dan atau semacamnya. Spontan saya jadi ingin bertanya : 'Trus Dok, nanti kalau saya pengen BAB gimana?'. Berhubung takut si Dokter frustasi lalu bunuh diri, saya urungkan pertanyaan jenius itu. Tapi jelas, karena saya individu kreatif, langkah pertama melintas di pikiran adalah mencari toilet yg punya WC duduk! hukumnya : wajib 'ain.

Oh ya, Mamah juga jadi heboh mendadak di telpon : 'Aduh, mamah gk bisa tidur Nak, mikirin sakitmu terus'. Ah, pasti beliau bingung bagaimana nanti saya harus BAB. Terharu. Jadi saya minta tolong nih ya, supaya ibu saya bebas dari tekanan batin seputar ketakbisaan lutut anaknya, mohon doakan tidak ada yang serius dengan lutut saya.

Mari berdoa,
selesai. Terima kasih, kawan-kawan :)

No comments:

Post a Comment