May 08, 2008

Musuh Sudah Dekat, Jendral!

Ada satu pertanyaan yang lumayan membuat saya terkadang suka mikir-mikir sendiri. Pertanyaan yang saya dapat dari obrolan nyantai dengan beberapa teman pas menjelang jam latihan karate di kampus. Mungkin tidak terlalu penting, mungkin juga hal-hal seperti itu juga sudah dipikirkan oleh banyak orang, tapi belum jadi sesuatu yang layak diusut lebih lanjut. Mungkin.

jadi gini, sore itu dojo (red : tempat latihan) kedatangan anak baru. Dia diajakin si Andrea, salah satu kohai (red : adek). Namanya siapa ya? saya lupa. Cowok, sudah alumni, alumni TekPal katanya, angkatan 2000, ITS juga. Jadilah kita ngobrol-ngobrol kesana kemari, yang harusnya itu waktu sudah kudu mulai latihan akhirnya terpaksa sedikit mundur karena acara welcome party kecil-kecilan buat si anggota baru.

Karena kebetulan dia sudah bekerja, jadi otomatis arah obrolan kita tidak terlalu jauh dari dunia kerjaan. Apalagi si Hendry (Hendry : anak PENS ITS, kawan yang top buat gila bersama, suka berlama-lama untuk setiap urusan dan kayaknya males ngomongin hal-hal serius, kecuali hanya untuk basa-basi), karena dia ketua unit nih, maka wajib bagi dia untuk berbasa-basi sama si anak baru ini. Standar aja sih nanyanya, kayak : "sudah kerja dimana mas?", "di bidang apa tuh kerjanya?", "sudah berapa lama kerja disana?", dan sederet pertanyaan-pertanyaan lain. Gila, jago juga ini anak menyambut tamu? Saya sih sok memperhatikan saja, sambil sesekali angguk jidat, makmum aja lah sama pak ketua.

Tapi lumayan ramah juga ini anak, dia menjawab semua pertanyaan dengan sabar dan telaten persis Bapak guru. Sampai dia melempar sebuah topik yang bikin saya 'ngeh' dan akhirnya benar-benar menyimak pembicaraan dia.

Apa itu?
Jadi dia ngomong kalau jaman sekarang mulai banyak perusahaan-perusahaan minyak dan tambang luar negeri yang membutuhkan employee di sini (red : indonesia). Bikin bloknya juga disini, main ngeruk-ngeruk saja itu bule-bule di tanah kita. Inovasi-inovasinya juga pada hebat semua, banyak tenaga ahli yang dilibatkan, etos kerjanya hebat, pokoknya sip lah smuanya.

Nah, masalahnya hal seperti itu tidak terjadi pada perusahaan dalam negeri. Dia bilang kalau kita masih jauh sekali sama mereka. Katanya karena perusahaan dalam negeri hanya merekrut tenaga-tenaga fresh graduate yang masih polos, belum punya skill dan pengalaman cukup. Jadilah sekarang -kalau boleh dibilang- kita semacam dijajah oleh bule-bule sana. Diambil saja gitu, tanpa timbal-balik sebanding.

Ngeri juga ya? klo itu benar, lalu bagaimana jadinya negara kita 10 atau 20 thn lagi? ngungsi aja sekalian ke negri bule, jadi warga negara sana. Daripada disini makin tidak jelas? Iya kan? sekarang coba, kita kuliah, digadang-gadang cepat lulus sama orang tua, udah lulus, diarep-arep untuk cepat kerja, cepat dapat duit, balik modal sama mereka. Benar tidak?. Otomatis pikiran kita, mencari tempat kerja yang nyaman, bonafid, meyakinkan, gitu kan, supaya apa? supaya dapat duitnya cepat, gak susah-susah lagi. Nah, ketersediaan itu smua kayaknya cuma perusahaan luar deh, dan supaya tidak jauh-jauh pisah sama orang tua dan pacar, kita memilih perusahaan luar yg bertempat disini.

After that, enough! kita sudah dapat kerja, gaji memuaskan, aman, karir menjanjikan. dijamin lah kita gak bakal mikir apa-apa lagi, kecuali : "wis, ndang kawin, nduwe omah, nduwe anak!".

That's the point. Saya jadi mikir: ''anjrit! kita egois bener! asal perut kenyang, orang tua senang, pacar happy, ok, smuanya sempurna''. kalau semua manusia di sini mikir gitu bagaimana? gak bakal ada pemikiran ke depan untuk memperbaiki sistem. Muluk memang, tapi apa benar harus begini?

Lalu apa gunanya tuh tanggal 17 agustus masih dirayakan? aneh. Ah, tapi ini cuma opini kok, bisa saja yang terjadi sebenernya tidak separah pikiranku.
well, kita masih harus berjuang! :)

Musuh sudah dekat, Jendral!

No comments:

Post a Comment