July 21, 2008

Melawan Sepi

Hari sabtu kemaren seorang kawan tiba2 dateng ke tempatku. kawan lama, kesibukan masing2 ngebuat kita gak bisa keep in touch sesering dulu, tapi gimana2 dia adalah salah satu kawan yang gak ada duanya. unik, gak bisa disamain dengan siapapun, dan dalam banyak hal kita seperti kancing baju dengan lubangnya, saling ngelengkapin, ngerasa ada dalam satu jalan pikiran (weisss, tenang..., aku masih normal!)

lama gak ketemu dia masih aja kayak dulu. seorang wanita yang bener2 apa adanya, jauh dari potret cewek2 sekarang, yang menurutku hampir semua seragam : cara ngomong seragam, gaya rambut identik, bahasa tubuh kembar dan jangkauan pikir yang sama (pendek, hehe!!). itu semua yang kadang ngebuat kita tetep bisa 'nyambung' dalam setiap obrolan, karena dia dan aku, kurang lebih sama. hangat, kesan yang ada waktu itu. kita ngobrol kesana kemari, meski ada sedikit kesan..., seems like...,ahh aku gak bisa deskripsikan persisnya, apa ya, kayaknya ada semburat muram, sesekali kelintas emosi sedih yang sengaja dia kubur tapi tetep aja gak bisa dia sembunyikan aromanya. aku ngebaca itu semua. sengaja memang, gak aku tanyain, gak pingin lah ngerusak atmosfer yg udah kebangun.


setengah jam ngobrol kesana-kemari, ternyata pembacaanku atas dia gak mleset jauh. 'eh, tau nggak sih, aku udah gak bareng dia lagi...'. itu kata pertama dari dia setelah obrolan kita sempet vakum beberapa menit. aku diem. jujur, untuk acara beginian aku mungkin bukan teman yg ok buat dijadikan tempat 'berlabuh', yang ada malah ngebuat si lawan bicara tambah senewen, gak tau knapa tujuanku untuk nenangin sering2nya malah 'nyetanin'. hu hu...

dia terus bicara dengan pandangan menerawang (aku agak takut juga, gimana klo ntar tiba2 dia nyekik akyu??). tapi , dari semua ceritanya aku ngerti seberapa besar energinya yang terkuras buat ini semua. aku kenal mereka berdua. couple aneh yg gak bisa dikatakan sebagai dua anak manusia yg sedang jatuh cinta. si cowok cuek abis, terkesan berantakan dan si cewek ya itu tadi, seperti yg udah aku tulis di awal. benar2 komposisi yg liar :). makanya, aku mikir klopun mereka bubar, kayaknya everything's gonna be fine deh, aku jamin gak bakal ada hal2 berbau ke'desperado'an. tau kan?


dan..., ternyata mataku baru kebuka sekarang, saat ngeliat dia duduk didepanku, nerawang gak jelas, terus cerita tentang hari kemaren dimana dia masih sama si cowok, gimana sebenarnya dia masih nyimpen sejuta cita ke depannya, gimana mereka selalu berbagi lelah dan menuntaskannya hanya dengan bertukar suara. disini, tepat di depanku, duduk seorang kawan yang kita gak pernah sekalipun meributkan ketidakpentingan macam tetekbengek pacaran, kawan yg walau kita pernah mengecap pahitnya bubaran banyak kali (kesian ya??), tapi gak sedetikpun terucap nada sedih berlebihan, seorang kawan yg sekarang aku tau sedang berusaha keras membendung airmata untuk cukup saja menggenang dibatas bawah matanya. dia runtuh, perlahan, seperti gedung WTC yg ditabrak pesawat pnumpang yg gak jelas, mencoba bertahan, tapi tetap saja runtuh, bergemuruh.

aku tau, gak bisa ni diem aja. akhirnya aku coba condongin badan ke depan dia, kawatir ntar airmata yg udah ditahan2 muncrat kemana2 (kan berabe tuh, anak orang!), pelan aku kasih dekapan, kata orang sih pelukan mampu meredakan emosi negatif, aku coba aja. eh, dia tambah menderu debu gitu nangisnya (tau gitu, gak aku peluk :( ). asli, aku bisa ngrasain gimana kenceng debar jantungnya, sesaat aku gak bisa ngomong apa2 selain menyapu pelan punggung dia, dan gilanya aku mulai kepengaruh sama emosi dia. gak sadar, mataku basah.

'hey, mungkin saat ini kalian sedang ngadepin jalan nyabang yg harus disusurin sendirian, kamu di satu cabang dan dia di cabang lainnya. ada banyak kemungkinan sayang, apakah nanti dua cabang itu akan bertemu di ujungnya, atau mungkin ia akan tetap menjadi cabang selamanya. yg penting adalah, jalan itu harus tetap kamu susuri untuk tau kemungkinan mana yg akan menjadi nyata, dan percaya sama aku, saat kamu tiba pada salah satu kemungkinan, sakit dan sepi yang sekarang pasti sudah selesai terobati...' . Wuuaahh, berasa lulusan psikologi UI nih!! aku gak tau tuh kalimat tepat ato gak, tapi aku ngerasa harus ngomongin semua itu ke dia.

aku seneng, lambat laun dia jadi membaik, sudah bisa kuat lagi tanpa tersangga pelukan , meski semburat muram itu sepertinya masih saja ada, tercium aromanya. yang aku lihat, dia masih tetap berjalan, walau kadang berhenti sejenak untuk sekedar berjinjit mengintip di balik rerimbunan ke jalan sebelah. dan aku tau siapa yg dia cari.

besoknya, gak sengaja aku browsing lagu2 lama dan nemuin lirik ini :

apapun yg terjadi, berjalanlah tanpa henti,
airmata yg tertahan, waktunya tuk dijatuhkan,
nanti kita kan tau, betapa bijaknya hidup,
sepahit apapun, ini pelajaran yg berarti,

semoga, kepergianmu tak akan mengubah apapun,
semoga, bisa kulawan kesepianku...

gak banyak yg aku tau dari bubarnya mereka, yg aku tau, dia sedang berada pada titik terendah sekarang. dia gak cerita apa2 sih, sepanjang obrolan yg lebih banyak diceritain adalah hal2 yg pernah terlewati sama2, seolah dia pingin memutar ulang video yg terekam kuat dalam ingatannya. yah, mungkin dia butuh teman, tidak untuk menggurui, tapi untuk diyakinkan, bahwa dia tidak sendiri :).

mungkin benar kata kebanyakan orang, gak ada yg bener2 tau gimana wajah sebenernya hati manusia. kadang ia berselimut kain tebal, menyamarkan orang lain yg hendak membacanya, bahkan kadang ia berselongsong besi pejal yg ketika sedang menjeritpun tak akan ada seorangpun menangkap suaranya, yg jika selongsong besi itu sudi dibuka, maka kita akan temukan hatinya sedang runtuh berjatuhan.
aku jadi makin ngerasa, hati terlampau misterius untuk ditebak. klopun tebakan hari ini tepat, bukan berarti esok hari ketepatan itu masih ada. hati juga mungkin saja perlu mengalami kehancuran hebat untuk mencapai ketegaran yg diharapkan, tanpa kehancuran dan kesakitan ia hanya akan duduk manis pada tempatnya tanpa pernah tau pedihnya sebuah kehancuran.

No comments:

Post a Comment