Petuah 'Bijak' Setelah Anda Melahirkan

Ada beberapa percakapan menarik antara saya dan mama serta saya dan Ibu mertua, setelah saya melahirkan Fatih, putra pertama kami. Sebagai wanita yang lebih dulu menjadi Ibu, beliau berdua adalah pihak yang paling sering memberi petunjuk dan petuah pada saya. Walaupun terkadang, petuah mereka terdengar asing, aneh, dan sedikit menyeramkan. Tapi ya sudahlah, toh saya percaya, mereka hanya bermaksud memberikan yang terbaik untuk saya dan keluarga. Maka saya berusaha patuh, meskipun akal sehat saya belum dapat mencerna semuanya.

Ini adalah beberapa contoh potongan percakapan kami yang entah mengapa semuanya bernada ancaman. Mengerikan, sekaligus menggelikan.

Ruang bersalin, beberapa menit setelah melahirkan. Badan lemas, ngantuk tingkat nasional.

Saya : "Aku ngantuk, Ma"

Mama : "Eh, jangan tidur dulu, nanti bablas. Nanti aja tidurnya, setelah kamu mandi!"

Kamar rawat inap. Beberapa jam setelah melahirkan. 

Ibu : "Putri, nanti kalau tiduran, bantalnya agak ditinggikan, Nak"

Saya : "Kenapa ya, Bu?" (dasar saya kurang suka kalau harus tidur dengan bantal terlalu tinggi)

Ibu : "Supaya darah putihnya ndak naik ke kepala"

Saya : "Oh gitu. Kenapa Bu kalau darah putihnya naik?"

Ibu : "Nanti kamu bisa buta. Bisa gila juga..."

Saya : "..."

Kamar rawat inap. Beberapa jam setelah melahirkan. Beranjak hendak mandi.

Mama : "Dek, nanti setiap mandi, pagi dan sore, harus selalu keramas ya. Sampai 40 hari"

Saya : "Iya"

Mama : "Keramasnya ndak boleh sambil merem. Jadi pas kepalamu diguyur air, matamu harus terbuka"

Saya : "..."

Kamar rawat inap. Setelah mandi.

Mama : "Ayo, setelah ini, perutmu harus selalu pakai grita"

Saya : "Males, Ma. Ribet ngikatnya"

Mama : "Heh! kalau ndak, nanti rahim kamu bisa keluar!"

Saya : "..."

Kamar rawat inap. Setelah mandi dan benar-benar ingin tidur.

Suami : "Udah Sayang, tidur dulu aja. Mumpung bayinya juga lagi tidur"

Ibu : "Masih jam segini, ndak boleh tidur. Nanti saja, di atas jam 10"

Suami : "Kenapa?"

Ibu : "Ya itu, nanti darah putihnya naik ke kepala. Bahaya. Bisa buta"

Saya : "Bisa gila juga, Bu?"

Ibu : "Iya"

Saya dan Suami : "..."

Rumah, tiga hari setelah melahirkan.

Mama : "Ini, olesi perutmu dengan ini setiap habis mandi" (sambil menyodorkan ramuan jeruk nipis, minyak kayu putih, dan air kapur)

Saya : "Untuk apa ini?"

Mama : "Biar kulit perutmu lekas berkerut, kembali seperti semula"

Belakangan saya sadar, ramuan itu berefek lumayan tidak nyaman. Gatal, panas, dan mengeringkan kulit. Ya Tuhan...

Rumah, tiga hari setelah melahirkan

Mama : "Dudukmu itu lho, yang rapet dan lurus!"

Saya : "Apa sih, Ma?"

Mama : "Dibilangin orang tua kok ngeyel! nanti rusak jahitannya!"

Saya : "..."

Demikian, saya malas berargumen, melawan mitos-mitos aneh itu. Jadi yang bisa dilakukan adalah bersabar, dan terkadang berbuat curang dengan melanggar petuah mereka, diam-diam. Ah, semoga saja tidak terjadi apa-apa dengan diri saya. Aamiin.

Kadang, suami saya suka mencandai saya yang tertidur di pagi hari, setelah melakoni 'ronda' semalaman,

Eh, Sayang, ndak boleh tidur. Nanti gila lho!.